Resume Mozaik Teknologi Pendidikan: E-Learning

Buku yang berjudul Mozaik Teknologi Pendidikan: E-Learning ini dibuat oleh dosen- dosen di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta. Buku ini secara khusus membahas e-learning dengan tiga sudut pandang, yaitu dalam kerangka teoritis atau kajian, rumusan teknologi pendidikan AECT tahun 2004 dalam kerangka komik, bahan ajar hasil pengembangan tim dosen Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, serta hasil-hasil penelitian terkait dengan e-learning.

Namun dalam pembahasan kali ini, saya akan meresume bagian 1 saja yaitu artikel- artikel yang dimuat oleh dosen-dosen dan peneliti terkait dengan e-learning. Artikel ini juga akan meluruskan rumusan yang selama ini keliru, yaitu e-learning menjadi rujukan umum bagi proses belajar yang mengharuskan peserta didik duduk, belajar di depan komputer dan tersambung dengan internet. Rumusan ini terlalu lugu dan sempit. Oleh karena itu, dalam bagian 1 ini akan dibahas mengenai e-learning  dalam arti sebenarnya dan hal-hal yang terkait dengan e-learning. Selanjutnya akan dikemukakan dalam penjabaran berikut.

 
Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi

Robinson Situmorang



Proses belajar yang berlangsung dalam setiap individu terjadi karena adanya interaksi antara orang yang belajar dengan materi yang diberikan dalam berbagai sumber belajar. Sumber belajar tersebut bisa sifatnya hanya dimanfaatkan (by utilization), bisa juga yang sengaja dirancang (by design) untuk mencapai tujuan tertentu.

TIK adalah perangkat teknologi yang memfasilitasi penggunanya dengan berbagai kemudahan dalam mengakses informasi yang dibutuhkan. Baik itu informasi yang disajikan dalam bentuk suara, tulisan, visual, maupundalam bentuk simbol atau lambang-lambang informasi lainnya. TIK menitikberatkan pada pemanfaatan komputer bagi guru, peran tersebut di antaranya adalah meningkatkan interaksi, membuat pembelajaran lebih menarik, mengelola pembelajaran lebih efektif dan efisien, serta sebagai bagian dari upaya meningkatkan mutu pembelajaran.
TIK sebagai media dan sebagai sumber belajar, harus dapat dioptimalkan manfaatnya untuk membantu siswa dalam mencapai kompetensi pembelajaran. Karena pada dasarnya tujuan utamanya adalah untuk membantu kegiatan pembelajaran agar lebih efektif dalam pencapaian kompetensi dan lebih efisien dalam hal tenaga, waktu, dan biaya.

TIK  memiliki  dua  fungsi  dalam  pembelajaran,  yaitu  TIK  sebagai  media  pembelajaran  dan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran. Dalam artikel ini, yang dimaksud dengan media adalah alat atau perantara yang mempunyai tujuan utama yaitu untuk mengefektifkan proses penyampaian  pesan  sehingga  materi  dapat  dimengerti  dan  dipahami  dengan  mudah  oleh siswa. Kemudian fungsi yang kedua, yaitu TIK sebagai sumber belajar dalam pembelajaran. TIK sebagai sumber belajar yaitu menjawab kebutuhan informasi, memberikan layanan yang cepat dan murah, dan menyediakan informasi terkini. Namun, dibalik kelebihan yang sudah dicantumkan di atas, terdapat kelemahan, yakni tidak ada kegiatan kontrol di luar jam belajar siswa. Siswa bisa dengan mudah mengakses selain untuk kepentingan materi ajarnya. Oleh karena itu, dalam penggunaannya pada kegiatan pembelajaran harus dilakukan secara selektif, dengan memerhatikan sifat dan karakteristik materi yang akan disampaikan.

Pendidikan jarak jauh harus melibatkan e-learning dalam proses pembelajarannya. Karena pendidikan jarak jauh menggunakan teknologi informasi dan komunikasi sebagai penghubung atau sarana komunikasi antara keterpisahan jarak dan waktu untuk menghubungkan antara peserta didik, sumber belajar dan pengajar (tutor, instruktur, dan lain-lain). Namun, e-learning tidak serta merta identik dengan pendidikan jarak jauh, karena dalam pembelajaran tatap muka atau konvensional pun dapat menggunakan e-learning.

Pendidikan jarak jauh memerlukan teknologi dan media dalam proses pembelajarannya. Teknologi dan media tersebut memiliiki jenis-jenisnya. Holden (2005) menyebutkan beberapa teknologi   dan   media,   baik   untuk   pembelajaran   sinkronus   dan   asinkronus,   yaitu:   1) Asynchronous Web-Based Instruction, 2) Audio Conference, 3) Audiographics, 4) Computer- Based Instruction, 5) Printed Media (Correspodence), 6) Instructional Television, 7) Recorded Audio/Radio,  8)  Recorded  Video,  9)  Satelite  e-learning,  10)  Synchronous  Web-based Instruction.

Penggunaan jenis-jenis teknologi dan media tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi agar materi atau bahan ajar dapat mudah dipahami oleh peserta didik.

 
Peranan Disainer Pembelajaran dalam Disain Materi Ajar Online

Dewi S. Prawiradilaga


Pada zaman sekarang ini, yang paling diperlukan adalah orang. Maksud orang di sini adalah disainer pembelajaran yang memiliki kompetensi karena dengan kemajuan teknologi digital membuat seorang disainer pembelajaran dituntut mampu mengadaptasi dan mengadopsi teknologi digital sebagai bagian dari profesionalismenya. Kemampuan ini merupakan kemampuan untuk belajar dan berubah serta beradaptasi, kemudian kemampuan untuk berpikir kreatif karena kemajuan TIK dirasa sangat cepat dan harus cepat pula mengadaptasikannya ke dalam pembelajaran.

Tugas seorang disainer pembelajaran adalah merumuskan tujuan pembelajaran, melaksanakan analisis kebutuhan, menentukan strategi pembelajaran, memilih media, metode, serta sumber belajar lainnya, melaksanakan evaluasi (program, produk, asesmen belajar). Secara luas, disainer pem,belajaran juga diharapkan dapat melaksanakan analisis kebutuhan, mengembangkan berbagai media untuk belajar, serta menjadi konsultan untuk program pembelajaran dan pelatihan. Namun harus disadari, bahwa paradigma baru disain pembelajaran tidak berarti meninggalkan paradigma lama. Karena paradigma lama tetap diperlukan sebagai pengetahuan prasyarat dalam konteks paradigma lama. Setelah itu, paradigma baru dan lama pun berkombinasi dalam diri seorang disainer pembelajaran untuk menykapi teknologi digital bagi proses belajar terkait dengan siapa saja dan matei apa saja.

Kemudian dalam bagian ini, dibahas tentang learning objects management system atau LCMS sebagai suatu perangkat lunak pembelajaran (courseware) yang menawarkan perangkat kuliah maya (virtual tools).

 
Transformasi Kultural Menuju Optimalisasi E-Learning

R.A. Murti Kusumawirasti



Masuknya TIK ke dalam dunia pendidikan membawa berbagai dampak. Dampak yang cukup besar adalah salah satunya adalah perubahan paradigma, dari teacher-centered menjadi student-centered.   Sementara   dampak   lain   yang   ditimbulkan   oleh   TIK   adalah   adanya transformasi budaya. Dengan dukungan data penelitian, diungkapkan perlunya mewaspadai pemanfaatan TIK, yaitu untuk produktivitas atau menjadi arus konsumerisme.

Kehadiran TIK dalam masyarakat seharusnya sebagai alat komunikasi, termasuk dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian MDLF, TIK selama ini yang dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia hanyalah sebatas menggunakan akses tersebut untuk berkirim surat (46%) serta untuk pendidikan hanya 24%, jauh di bawah penggunaan untuk game 38%.

Merujuk pada fakta di atas, terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang hadirnya TIK melalui e-learning, yaitu pendekatan determinisme teknologi dan pendekatan determinisme sosial. Agaknya pendekatan determinisme sosial ini lebih cocok digunakan untuk sebuah komunitas dan juga masyarakat akan mengadopsi teknologi baru, karena persoalannya tidak bersifat linier, melainkan kompleks dan tali-temali.

Terdapat beberapa aspek yang menjelaskan bahwa sebuah teknologi, termasuk  e-learning akan diterima sebagai sebuah sistem pembelajaran, tidaklah berjalan linear atau satu arah. Yaitu:
1.  Aspek  teknis:  Keterampilan  Operasional  yang  tetap  dibutuhkan.  Sebagai  prasyarat keterampilan yang harus dimiliki oleh orang yang akan menggunakan e-learning.
-    Dosen sebagai Course-Manager

-    Disainer Pembelajaran

-    Web Manager dan Web Administrator

-    Konsultan Teknologi Informasi

2.  Aspek Organisasional: E-Learning adalah Tindakan Sistemik. Memungkinkan sebuah teknologi dapat berlangsung dengan stabil dengan dukungan kebijakan yang sistemik.
3.  Aspek Kultural: Belajar Aktif, Mandiri, dan Transformatif. Aspek yang selalu menyertai setiap ahli ubah teknologi.

Virtual Group Discussion pada Mata Kuliah Pengantar Organisasi Belajar di www.courses.web-bali.net
Listya Arisanti


Bagian ini merupakan hasil penelitian dengan mengangkat masalah tentang  Virtual Group Discussion (VGD) yang belum dimanfaatkan secara maksimal. VGD merupakan salah satu fitur yang ada dalam platform Claroline. VGD dikategorikan sebagai metode diskusi tidak langsung (asyncronous).

Salah   satu   mata   kuliah   di   Jurusan   Kurikum   dan   Teknologi   Pendidikan   yang   sudah menggunakan  www.courses.web-bali.net  adalah mata  kuliah  Pengantar  Organisasi  Belajar. Mata kuliah ini memang memerlukan strategi diskusi baik secara tatap muka maupun secara online karena mata kuliah ini banyak mengandung ragam pengetahuan konsep yang membutuhkan pandangan dan pendapat pribadi dari setiap peserta didik untuk menghasilkan pengetahuan baru bersama.

Hasil penelitian menyebutkan, bahwa dalam beberapa aspek program untuk strategi pembelajaran Virtual Group Discussion pada mata kuliah Pengantar Organisasi Belajar di www.courses.web-bali.net sudah diterapkan. Hal ini dilihat dari tujuah aspek atau komponen: 1) menerapkan komponen P (Pantau Pebelajar), 2) komponen R (Rumuskan tujuan atau kompetensi), 3) komponen O (Olah isi atau materi ajar), 4) komponen G (Gunakan media, sumber, dan metode yang sesuai, 5) komponen R (Renungkan sejenak), 6) komponen A (Atur kegiatan pebelajar, dan 7) menerapkan komponen menilai dan memperbaiki.
 
Pengembangan Learning Object

Cecep Kustandi & Murti Kusumawirasti



Learning Object (LO) merupakan bagian-bagian materi pembelajaran yang dirakit menjadi struktur pembelajaran yang lebih besar di mana setiap bagiannya dapat digunakan atau digunakan kembali secara terpisah. Peran LO bukanlah sebagai pengganti sumber belajar utama, namun untuk membuat belajar lebih menarik, efektif, dan efisien sehingga LO dapat dibentuk dalam aplikasi multimedia interaktif, latihan, permainan, atau simulasi.

Menurut Chaeruman dalam http://www.teknologipendidikan.net, karakteristik LO di antaranya adalah 1) Digital and Web Based: materi dikemas dalam bentuk digital dan disebarluaskan melalui media www, 2) Reusable: dapat digunakan untuk tujuan yang berbeda maupun dalam waktu yang berbeda pula. 3) Self-Contained: hanya membahas satu tujuan pembelajaran saja secara spesifik. 4) Small in size: penggalan 2 materi kecil berkisar antara 2-max 15menit, 5) Searchable: materi tersebut  dapat  dicari melalui mesin  pencari dengan  baik.  6)  Flexible: materi belajar mudah diupdate, mudah digunakan untukkonteks berbeda, juga mudah diakses secara  luas  sebagai  sumber  belajar  yang  bermutu.  7)  Learner-centered:  materi  belajar berpusat pada siswa, lebih interaktif dan mudah digunakan, 8) Cost-effective: materi belajar tidak dipublikasi, menghindari kemubaziran. 9) Aggregate: kumpulan materi belajar yang kecil tersebut dikumpulkan akan menjadi sekumpulan modul LO dalam lingkup yang lebih luas.

Dalam e-learning, LO dikemas dan dikelola berdasarkan prinsip disain pembelajaran, teori belajar dan pembelajaran, menjadi alur yang sesuai dengan suatu mata ajar, sehingga peserta didik mampu menangkap dan mencerna materi ajar yang diberikan. Tujuannya adalah kompetensi sebagai bukti pemahaman atas materi yang diberikan kepada peserta didik.

Disain pembelajaran diperlukan untuk merancang pembelajaran e-learning karena disain pembelajaran menggunakan pendekatan sistematis dalam merancang dan mengevaluasi pengalaman belajar peserta didik.

Dalam pengembangan LO, terdapat beberapa prinsip yang harus diterapkan, yaitu: 1) Prinsip Multimedia: Gunakan Teks dan Gambar!, 2) Prinsip Kedekatan: Dekatkan Gambar dan Teksnya!,  3)  Prinsip  Modalitas:  Sajikan  Penjelasan  sebagai  Narasi  Auditif,  Jangan dengan Teks Tertulis, 4) Prinsip Pengulangan (Tumpang-tindih): Penyajian Narasi Auditif dan Tekstual Sekaligus dapat Mengganggu!

The Development of Course Content as Learning Objects in www.courses.web-bali.net
Dewi S. Prawiradilaga


Pada bulan May 2009, Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, FIP, UNJ meluncurkan sebuah homepage pada www.web-bali.net dengan domain pembelajaran (www.courses).

Banyak sekali platform yang tersedia di web. Mereka sangat kompetitif dan menjanjikan. Oleh karena itu, Department membuat standar untuk platform bahwa harus   fokus pada proses belajar, instructor-friendly, juga memberikan konten kognitif yang kompleks. Selain itu, platform juga harus terjangkau.

Claroline, platform atau LCMS diaplikasikan untuk menyampaikan materi perkuliahan. Semua konten atau materi digambarkan sebagai learning object. Dalam Claroline, menu utama dan tools yang spesifik berhubungan dengan pengembangan konten seperti deskripsi perkuliahan, learning path, dokumen dan link, latihan soal dan tugas. Learning path merupakan hal yang penting,   karena   itu   berfungsi   sebagai   kendaraan   untuk   instrktur/tutor/dosen   untuk menyampaikan materi perkuliahan mereka. Untuk membuat proses belajar yang lebih baik, si pembuat harus menggunakan beberapa teori, dan hal-hal mengenai materi perkuliahan, belajar dan pembelajaran, disain pembelajaran dan disain pesan. Oleh karena alasan itu lah mengapa Claroline digunakan sebagai platform dalam KTP, FIP, UNJ.

Penulis menggunakan beberapa langkah dalam menyajikan materi perkuliahan melalui LCMS. Walaupun langkah-langkah tersebut  merupakan pengalaman terdahulu,  namun  teori masih tetap digunakan.

Langkah-langkah tersebut adalah 1) Berkenalan dengan platform, 2) Cari teori yang mendukung/mendasari,  3)  Konseptualisasikan  materi  perkuliahan  ke  dalam  LO  4) Unggah LO.

Pelembagaan Web-Based Learning (web-bali:  http://web-bali.net) pada Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta
Eveline Siregar


Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta merupakan salah satu jurusan yang telah menerapkan e-learning dengan spesifikasi khusus, yaitu program WBL (Web-Based Learning) dalam proses pembelajarannya. Proses pembelajaran WBL dilaksanakan dengan menggunakan sebuah website yang telah dirancang untuk merekam dan menyampaikan seluruh proses pembelajaran.

Web-Based Learning ini merupakan sebagai salah satu inovasi yang  tengah berada pada jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Namun dalam impelementasinya, Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta masih perlu memperhatikan beberapa komponen dalam model pelembagaan Web-Based Learning, lebih khusus kepada tahap klarifikasi dan rutinitas.

Dalam tahap klarifikasi, sebanyak 35% dari staf pengajar ikut mengembangkan dan memanfaatkan web-bali dalam perkuliahan, tetapi belum semua staf pengajar di jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan memahami fungsi web-bali dalam perkuliahan. Sementara itu, para mahasiswa belum terbiasa dalam menggunakan tools yang terdapat dalam web-bali. Dan juga para pionir masih memiliki komitmen tinggi dalam memanfaatkan web-bali dalam proses pembelajaran, sementara dosen yang lain masih dalam tahap uji coba.

Kemudian dalam tahap rutinitas, para pionir membuktikan bahwa web-bali sudah menjadi infrastruktur jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, FIP,UNJ yaitu dengan dicantumkannya web-bali ke dalam Buku Pedoman Akademik dan rencana strategis FIP UNJ.

Komentar