Prinsip-prinsip Komunikasi

1 Prinsip-prinsip Komunikasi
Prinsip-prinsip komunikasi seperti halnya fungsi dan definisi komunikasi mempunyai uraian yang beragam sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh masing-masing pakar. Istilah prinsip oleh William B. Gudykunst disebut asumsi-asumsi komunikasi. Larry A.Samovar dan Richard E.Porter menyebutnya karakteristik komunikasi. Deddy  Mulyana, Ph.D membuat istilah baru yaitu prinsip-prinsip komunikasi. Prinsip-prinsip komunikasi adalah :

1.    Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi.
Kita tidak dapat tidak berkomunikasi. Akan tetapi tidak pula berarti bahwa, semua perilaku adalah komunikasi. Komunikasi terjadi apabila seseorang memberi makna pada perilaku orang lain. Setiap perilaku manusia punya potensi untuk ditafsirkan sebagai komunikasi. Misalnya, jika orang tersenyum, cemberut, menghilang dari pergaulan, dan sebagainya dapat saja di tafsirkan membawa makna komunikasi.

2.    Komunikasi mempunyai dimensi isi dan hubungan
-Dimensi isi (verbal), menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan.
-Dimensi hubungan (nonverbal), menunjukkan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan.
Oleh karena itu, isi yang sama bisa bermakna berbeda jika disampaikan dengan cara yang berbeda. Misalnya seorang dosen berkata pada mahasiswanya ”temui saya sesudah kelas bubar” dengan ”tolong nanti sehabis kuliah kita ketemu di ruang dosen”. Isinya sama tetapi dari cara penyampaiannya yang berbeda bisa menghasilkan makna berbeda. Yang pertama mungkin karena diucapkan dengan nada tinggi kita bisa menebak apa yang akan terjadi nanti, mungkin mahasiswa akan kena marah.
Ditinjau dalam konteks komunikasi antarpribadi, dikatakan bahwa secara umum pria lebih fokus pada dimensi isi sedangkan wanita lebih fokus pada dimensi hubungan. Dengan kata lain, kata atau pesan yang sama bisa ditafsirkan berbeda jika disampaikan dengan cara yang berbeda.
3.    Komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan.
Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengajaan, mulai dari komunikasi yang tidak disengaja sama sekali ( misalnya saat kita melamun sementara ada orang yang memperhatikan kita ), sampai komunikasi yang benar-benar disengaja atau disadari atau direncanakan ( misalnya ketika kita menyampaikan pidato )

4.    Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu.
Makna pesan bergantung pada konteks ruangan, waktu, dan psikologis. Misalnya, topic-topik seperti humor, bisnis, wanita adalah hal-hal yang tidak tepat jika di bicarakan di tempat ibadah. Contoh lain adalah seorang tamu yang hanya diterima penghuni di halaman rumah menunjukan tingkat penerimaan yang berbeda bila dibandingkan dengan penerima di dalam rumah atau di teras.
Waktu mempengaruhi makna tehadap suatu pesan. Misalnya dering telpon tengah malam akan dipresepsikan lain bila dibandingkan dengan bunyi dering telpon di siang hari. Dering telpon di tengah malam mungkin berarti beritanya sangat penting atau mungkin juga upaya penjahat untuk mengetes apakah dirumah ada penghuninya atau tidak. Kunjungan seseorang pria kepada teman wanitanya pada malam minggu akan dimaknai berbeda dibandingkan dengan kunjungan pada malam biasa.
Suasana psikologis peserta komunikasi jelas sangat berpengaruh terhadap suasana komunikasi. Komentar seorang istri mengenai kenaikan harga kebutuhan rumah tangga dan kurang uang belanja akan ditanggapi dengan kepala dingin oleh suami dalam keadaan santai atau kondisi biasa, akan tetapi boleh jadi akan membuat sang suami menjadi marah apa bila komentar si istri disampaikan pada saat suami baru pulang kerja dan tadi dikantor dimarahi oleh pimpinannya.

5.    Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
Ketika orang-orang berkomunikasi, mereka meramalkan atau memperkirakan efek prilaku komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi sebenernya terkait oleh aturan atau tatakrama. Artinya orang-orang yang terlibat dalam komunikasi akan memilih strategi tertentu agar orang yang lain memerima atau merespon pesan yang disampaikan.
Prediksi seperti ini seringkali tidak disadari dan berlangsung dengan cepat. Prinsip inn mengasumsikan bahwa hingga derajat tertentu ada keteraturan pada perilaku komunikasi manusia. Dengan kata lain prilaku manusia sebenarnya bisa diramalkan.

6.    Komunikasi bersifat sistemik
Mengacu olah tubuh manusia yang dapat dipandang sebagai suatu system, setidaknya terdapat dua system dasar yang bekerja dalam proses komunikasi, yaitu system internal dan system eksternal.
System internal adalah keseluruhan system nilai yang dibawa oleh individu atau manusia ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi yang telah diserap selama ia bersosialisasi dalam berbagai lingkungan sosial.
Singkatnya, system internal ini mengandung semua unsur yang membentuk individu tersebut menjadi unik, temasuk cita-cita, motif, tingkat kecerdasan, pengalaman masa lalu, pengetahuan, dan sebagainya.
System eksternal terdiri dari unsur-unsur yang berada di luar lingkungan individu, termasuk kata-kata yang ia pilih ketika berbicara, tata ruang, isyarat fisik, dan temperature yang ada ketika seseorang individu berkomunikasi.Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa komunikasi yang dilakukan oleh orang adalah produk dari perpaduan antara system internal dan system eksternal.
7.    Semakin mirip latar belakang sosial budaya, semakin efektif komunikasi
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para pesertanya (pihak yang melakukan komunikasi). Adanya latar belakang yang sama diantara para pelaku komunikasi membuat suatu situasi komunikasi lebih berpotensi untuk mencapai keefektifan. Adanya kesamaan-kesamaan dalam hal tertentu seperti umur, suku, bahasa, tingkat pendidikan akan mendorong suatu proses komunikasi berlangsung lebih efektif.
8.    Komunikasi bersifat non-sekuensial.
Meskipun suatu komunikasi bersifat linier atau satu arah, akan tetapi sebenarnya komunikasi manusia dalam bentuk dasarnya ( komunikasi tatap muka ) bersifat dua arah. Karena pada akhirnya suatu situasi komunikasi akan menimbulkan adanya umpan balik. Oleh karena itu peran komunikator dan komunikan dalam suatu percakapan 2 individu atau lebih tidak melekat dan terus berganti. Sehingga sudah tidak bisa dibedakan lagi antara pesan dan umpan balik.
Contoh ketika seseorang berbicara kepada orang lain, atau kepada sekelompok orang ( misalnya waktu kuliah atau rapat ) sebenarnya komunikasi berlangsung dua arah. Orang-orang yang kita anggap sebagai pendengar seebenernya juga menjadi pembicara atau pemberi pesan pada saat yang sama, yaitu melelui perilaku non verbal mereka, misalnya lewat anggukan kepala mereka tanda setuju atau mengerti, kening berkerut tanda bingung, dan sebagainya.
9.    Komunikasi bersifat sinambung, dinamis, dan transaksional
Komunikasi tidak mempunyai awal dan tidak mempunyai akhir, melainkan proses yang berkesinambungan.
Contoh:
Perhatikan orang yang menyampaikan pidato.
Apakah komunikasinya terjadi saat si pembicara berdiri di belakang podium? Ketika ia memasuki ruangan? Atau ketika ia memulai pembicaraan? Lalu kapan komunikasinya berakhir?
Khalayak yang mendengarkan pidato tadi bisa jadi terus akan membicarakan isi pidatonya, berhari-hari, berbulan-bulan kemudian. Lalu apakah kita dapat mengatakan bahwa komunikasi berhenti ketika si pembaca telah selesai pidato?
Implikasi dari komunikasi sebagai proses yang dinamis dan transaksional adalah bahwa para peserta komunikasi berubah (dari sekedar pengetahuan hingga perubahan dalam memandang dunia yang akhirnya mengarah pada perubahan perilaku)
10.    Komunikasi bersifat irreversible
Maksud pernyataain ini adalah Sekali kita mengirimkan suatu pesan, maka kita tidak dapat mengendalikan pengaruh pesan tersebut bagi khalayak, apalagi menghilangkan efek pesan tersebut sama sekali.
Ketika kita menyampaukan suatu pesan atau kata-kata yang menyinggung perasaan orang lain, maka orang tersebut bisa saja memaafkan kita, akan tetapi ia tidak akan lupa dengan apa yang telah kita ucapkan.
Sifat irreversible ini adalah implikasi dari komunikasi sebagai suatu proses yang selalu berubah. Prinsip ini setidaknya menyadarkan kita bahwa kita harus berhati-hati dalam mengirimkan suatu pesan kepada orang lain karena efeknya tidak bisa ditiadakan sama sekali meskipun kita sudah berusaha meralatnya.
11.    Komunikasi bukan obat mujarab untuk menyelesaikan berbagai masalah
Banyak persoalan dan konflik antar manusia disebabkan oleh masalah komunikasi. Namun komunikasi itu sendiri bukanlah obat mujarab untuk menyelesaikan persoalan atau konflik itu, karena persoalan atau konflik tersebut mungkin berkaitan dengan masalah struktural. Esensi dari konflik harus tetap dicari dan diselesaikan. Misalnya meskipun pemerintah berusaha untuk membangun komunikasi yang baik dan efektif dengan masyarakat aceh dan papua, akan tetapi membangun komunikasi efektif itu tidak akan berhasil selama pemerintah pusat tidak memperlakukan masyarakat di daerah itu secara adil dalam bidang ekonomi.

2 Komunikasi adalah suatu proses simbolik
Manusia adalah makhluk yang menggunakan lambang, dan factor ini pula yang membedakan manusia dengan makhluk hewan.
Manusia disebut animal symbolic, artinya makhluk yang membutuhkan lambang. Lambang atau symbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya berdasarkan kasepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata atau pesan verbal, perilaku non verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama.
Sifat-sifat lambang adalah
1.    Sembarangan dan sewenang-wenang. Apa saja bisa dijadikan lambang, tergantung pada kesepakatan bersama. Kata-kata, isyarat anggota tubuh, tempat tinggal, jabatan, hewan, peristiwa, bunyi, waktu, dan sebagainya bisa dijadikan lambang.
2.    Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna, akan tetapi manusialah yang memberinya makna.
3.    Bervariasi. Lambang itu bervariasi dari satu budaya ke budaya lain, dari satu tempat ke tempat yang lain, dan sebagainya.

Komentar