Applying The Segmenting And Pretraining Principles

A.    Prinsip Segmentasi: Memecah Pelajaran Berkelanjutan ke Segmen Ukuran Kecil


Bagaimana Anda bisa tahu bahwa materi ini begitu rumit sehingga akan membebani cara berpikir kognitif peserta didik? Cara yang baik untuk mengukur kesulitan pelajaran adalah dengan menghitung jumlah elemen (atau konsep) dan jumlah interaksi antar elemen. Sebagai contoh, pada animasi diceritakan cara kerja pompa ban sepeda, yang memiliki script: "Ketika pegangan ditarik ke atas, piston bergerak ke atas, katup saluran masuk membuka, lalu katup menutup saluran, dan udara memasuki silinder. Ketika pegangan ditekan, piston bergerak turun, saluran masuk katup menutup, saluran katup membuka, dan keluar udara dari silinder melalui selang". Dalam kasus ini ada lima unsur utama yaitu handle, piston, silinder, saluran masuk dan keluar klep. Hubungan di antara mereka merupakan rangkaian sederhana di mana perubahan dalam satu elemen menyebabkan perubahan dalam elemen berikutnya, dan seterusnya. Secara keseluruhan, ini adalah pelajaran yang cukup sederhana yang mungkin hanya memerlukan dua segmen yaitu antara 2 kejadian, satu menunjukkan apa yang terjadi ketika pegangan ditarik ke atas sedangkan yang satunya lagi menunjukkan apa yang terjadi ketika pegangan didorong ke bawah.
Selanjutnya, ditinjau pada sebuah materi tentang pembentukan petir, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9.2. Ini adalah pelajaran yang jauh lebih kompleks karena memiliki lebih banyak elemen seperti udara hangat dan dingin, arus naik dan arus turun, partikel positif dan negatif di awan, partikel positif dan negatif di tanah, orang, dan sebagainya. Pelajaran ini dapat dibagi menjadi enam belas segmen, setiap satu atau dua langkah menggambarkan langkah-langkah utama dalam rangkaian sebab-akibat seperti, "Udara dingin lembab yang bergerak di atas permukaan hangat sehingga menjadi hangat." Setiap frame yang ditunjukkan pada Gambar 9.2 merupakan sebuah segmen yang melibatkan hanya beberapa elemen dan hubungan di antara mereka.
 Sebagai seorang profesional dalam pelatihan, anda mungkin bekerja dengan konten yang relatif sederhana dan juga dengan konten yang lebih kompleks. Sebagai contoh, jika Anda mengajar dalam kelas dengan materi mengedit teks pada MSWord, anda perlu mengajarkan prosedurnya yang terdiri dari empat langkah. Pertama pelajar harus menggunakan mouse untuk memilih teks yang akan diedit. Kedua harus mengklik ikon cut untuk memotong teks dari lokasi yang sebelumnya. Kedua langkah pertama yang diilustrasikan dalam Gambar 9.3. Selanjutnya penulis menempatkan kursor pada titik penyisipan dan klik ikon paste. Prosedur softwarenya seperti linear dan relatif sederhana. Itu dibuat lebih mudah dengan hanya memiliki beberapa langkah dan dengan menggunakan ikon yang ada pada screen yang memanggil perintah dengan mudah seperti cut untuk memindahkan. Namun, di banyak kasus, konten Anda lebih kompleks dari pada contoh ini. Bahkan pengantar Excel menawarkan kelas dengan materi yang lebih kompleks.
Seperti dapat Anda lihat pada Gambar 9.4, membangun rumus di Excel bisa sangat rumit bagi peserta yang baru menggunakan spread sheet dan Excel. Salah satu konsep kunci melibatkan konstruksi dari formula yang menggunakan konvensi format yang benar untuk mencapai perhitungan yang diinginkan. Untuk seseorang yang baru menggunakan Excel, kita akan menilai ini lebih kompleks dibandingkan tugas daripada tugas pengolah kata.
Ketika terdapat bahan yang kompleks, anda tidak bisa membuatnya lebih sederhana dengan membuang keluar beberapa elemen atau langkah-langkah dalam penjelasan tersebut, karena itu akan merusak keakuratan pelajaran. Namun, anda dapat membantu pelajar dalam mengelola kerumitan dengan memecah pelajaran tersebut menjadi bagian-bagian segmen yang dikelola menyampaikan hanya satu atau dua atau tiga langkah dalam proses atau prosedur atau mendeskripsikan hanya satu atau dua atau tiga hubungan utama antara unsur-unsur/elemen. Kami merekomendasikan bahwa Anda memecahkan pelajaran yang rumit menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, yang disajikan satu pada suatu waktu. Kami menyebutnya rekomendasi prinsip segmentasi.

B.    Alasan Psikologis untuk Prinsip Segmentasi

Misalkan, sebagai bagian dari e-course, pelajar mengklik sebuah entri untuk "petir" dari ensiklopedia multimedia, dan kemudian menonton animasi yang berdurasi 2,5 menit diriwayatkan menjelaskan formasi petir (seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9.2) menunjukkan beberapa frame dalam animasi bersama dengan script yang lengkap, di bagian bawah setiap frame. Seperti yang Anda lihat, materi pelajaran ini sangat kompleks dengan banyak interaksi elemen dan disajikan pada kecepatan yang cukup cepat.
Jika seorang pelajar melewatkan satu titik, rantai kausal berpikir secara keseluruhan akan tidak lagi masuk akal. Jika pelajar tidak mengenal materi tersebut sebelumnya, ia mungkin perlu waktu untuk mengkonsolidasikan apa yang baru saja disajikan oleh e-course. Singkatnya, ketika seorang pelajar belajar menerima presentasi terus menerus yang mengandung banyak konsep yang saling terkait, kemungkinan hasilnya adalah bahwa sistem kognitif menjadi kelebihan beban. Terlalu banyak proses pengolahan/berpikir yang penting diperlukan. Singkatnya, pelajar tidak memiliki pengetahuan kognitif yang cukup untuk terlibat dalam pengolahan penting yang diperlukan untuk memahami materi.
Salah satu solusi untuk dilema yang direkomendasikan dalam chapter “Applying the Segmenting and Pretraining Principles” adalah dengan memecah pelajaran ke dalam beberapa bagian, seperti enam belas segmen dengan tombol "Continue" di kanan bawah sudut masing-masing. Gambar 9.5 menunjukkan contoh dari sebuah frame dari salah satu segmen. Seperti yang Anda lihat, pelajar menerima klip pendek berdurasi sekitar sepuluh detik, bersama dengan satu kalimat yang menggambarkan tindakan yang digambarkan. Pelajar benar-benar dapat mencerna link ini dalam rantai kausal berpikir sebelum mengklik pada tombol "Lanjutkan" untuk pergi ke segmen berikutnya. Teknik ini –yang bisa disebut segmentasi– memungkinkan pelajar untuk mengelola proses berpikir yang penting. Dengan demikian, alasan untuk menggunakan segmentasi adalah bahwa dengan hal itu memungkinkan pelajar untuk terlibat mengelola proses berpikir yang penting tanpa harus overloading sistem kognitifnya.

C.    Bukti untuk Memecah Pelajaran Berkelanjutan ke dalam Segmentasi

Adakah bukti yang menjelaskan bahwa segmentasi membantu peserta didik untuk belajar dengan lebih baik? Mayer dan Chandler (2001) menemukan bahwa peserta didik yang menerima presentasi tersegmentasi pada pembentukan petir belajar lebih baik pada tes pengalihan daripada peserta didik yang menerima presentasi terus menerus, meskipun bahan yang sama disajikan dalam kedua kondisi.
Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Mayer, Dow, & Mayer, pada tahun 2003, dibuat kondisi siswa belajar bagaimana sebuah motor listrik bekerja dengan menonton animasi terus menerus atau dengan menonton versi tersegmentasi. Dalam versi tersegmentasi, pelajar bisa mengklik pertanyaan dan kemudian melihat bagian dari animasi yang diceritakan, klik pada pertanyaan yang lain lalu melihat bagian berikutnya, dan seterusnya. Topik bahasan tersebut dapat digunakan dengan kedua versi: kontinyu dan tersegmentasi. Namun, peserta didik dapat memahami lebih baik dengan diberikan versi tersegmentasi. Secara keseluruhan, dari tiga studi yang telah dilakukan, terdapat argument positif untuk mendukung prinsip segmentasi ini. Dapat disimpulkan bahwa terdapat bukti awal yang menggembirakan dimana argument tersebut mendukung segmentasi, tetapi untuk keakuratan, dibutuhkan penelitian lanjutan.
 

D.    Prinsip Pra Pelatihan: Memastikan Siswa Mengetahui Nama dan Karakteristik Konsep Kunci

Ruang kelas virtual dirancang untuk memfasilitasi pembelajaran yang terbatas pada ruang dan waktu. Substansi pelajaran yang kompleks disusun sedemikian rupa sehingga memudahkan peserta pembelajaran untuk dapat memahaminya. Selain itu, fitur-fitur di dalam ruang kelas virtual cukup banyak variasinya yang mewakili fungsi-fungsi tertentu. Maka dari itu, di samping substansi pelajaran yang memang sudah kompleks, fitur dalam ruang kelas virtual pun cukup kompleks sehingga perlu adanya pengenalan fitur bagi para peserta pembelajaran ruang kelas virtual. Teknik pengenalan inilah yang disebut Prinsip Pra Pelatihan (Pretraining Principle).
Bagi peserta pembelajaran (siswa) yang baru menggunakan ruang kelas virtual, maka perlu diadakan orientasi untuk mengenalkan tampilan serta fitur ruang kelas virtual yang akan digunakan. Pengenalan fitur dan fasilitas ini agar siswa dapat mengoptimalkan fitur dan fasilitas sesuai fungsinya. Selain itu, berkaitan dengan substansi pelajaran yang kompleks dapat pula diterapkan prinsip pra pelatihan. Contohnya untuk pelajaran Biologi dengan topik bahasan Sistem Pencernaan. Sebelum siswa melihat video bernarasi yang memperlihatkan bagaimana sistem pencernaan bekerja, maka para siswa sebaiknya diperkenalkan dahulu dengan nama organ-organ penyusun sistem pencernaan beserta fungsi dan letaknya.

E.    Alasan Psikologis untuk Prinsip Pra Pelatihan

Ketika siswa melihat video animasi bernarasi tentang bagaimana sistem pencernaan bekerja, siswa harus membangun model mental tentang bagaimana suatu bagian dalam sebuah sistem dapat mempengaruhi kinerja bagian lainnya sehingga siswa perlu memahami fungsi dari masing-masing organ penyusun sistem pencernaan. Sebagai desainer pembelajaran yang mengembangkan aplikasi ruang kelas virtual ini, kita dapat membantu siswa memmahami hubungan sebab-akibat tersebut dengan memastikan mereka mengetahui nama dan karakteristik dari masing-masing bagian. Misalkan ketika mendengar istilah “esofagus atas” maka siswa harus mencoba membayangkan dimana letak esofagus atas dan bagaimana cara kerjanya. Berbeda dengan siswa yang sudah mengenal istilah tersebut sebelumnya mungkin tidak memerlukan prinsip pra pelatihan karena mereka sudah terlebih dahulu mengenal nama dan karakteristik dari kunci konsep topik bahasan. Sehingga, alasan rasional untuk penggunaan prinsip pra pelatihan adalah prinsip pra pelatihan akan membantu mengelola proses berpikir esensial siswa dengan mendistribusikan sebagain darinya ke dalam porsi pendahuluan dengan prinsip pra pelatihan.
Untuk mengimplementasikan prinisp pra pelatihan dalam ruang kelas virtual, lakukan evaluasi dari prosedur dan proses yang harus diajarkan. Jika hal tersebut terlalu kompleks bagi siswa, maka identifikasi konsep kunci dan fitur konsep  sebagai prioritas untuk diajarkan. Kita dapat menyisipkan pendahuluan berisi penjelasan konsep kunci atau kata kunci yang berkaitan dengan topik bahasan bahkan menambahkan latihan praktik di dalamnya. Setelah itu baru dapat berlanjut ke pembahasan mengenai prosedur dan proses yang menjadi fokus utama dari topik bahasan. 

F.    Bukti untuk Memberikan Pra Pelatihan dalam Konsep Kunci

Sekelompok ahli pembelajaran Amerika Serikat melakukan penelitian dengan menguji coba beberapa sampel siswa untuk menonton video berdurasi 60 detik tentang bagaimana sistem pengereman mobil bekerja tanpa adanya kondisi pra pelatihan. Seperti yang kita ketahui, topik bahasan ini merupakan salah satu topik bahasan yang kompleks, beberapa disebabkan karena istilah-istilah yang belum dikenal. Video ini menjelaskan interaksi dari masing-masing bagian seperti pedal rem, piston di master silinder, oli rem dalam tabung, piston di silinder roda, brake shoes, drum, dan roda. Siswa harus dapat mempelajari hubungan antar bagian sama baiknya seperti mempelajari karakteristik dari masing-masing bagian. Apa yang dapat dilakukan untuk memberikan beberapa kondisi pra pelatihan sehingga siswa terbantu sebagian proses esensial berpikirnya selama menonton video animasi tersebut?
Mayer, Mathias, dan Wetzell (2002) membuat sebuah episode pendek pra pelatihan dimana siswa dapat melihat diagram sistem pengereman yang diberi label penjelasan pada layar dan dapat diklik di beberapa bagian. Ketika diklik di bagian tersebut, maka akan muncul penjelasan mengenai nama dari bagian tersebut dan karakteristiknya.

Dalam penelitian terpisah, peserta didik yang menerima pelajaran dengan teknik ini, memahami pelajaran dengan lebih baik dibanding pelajar yang tidak menerima prinsip pra pelatihan dalam pelajarannya. Hasil dari salah satu dari studi ini adalah menunjukkan pada. Dalam satu set penelitian (Pollock, Chandler, & Sweller, 2002), peserta pelatihan teknik elektro mengambil kursus yang termasuk pelajaran multimedia dalam melakukan tes keselamatan untuk peralatan listrik. Kelompok non pelatihan ditunjukkan bagaimana semua sistem listrik bekerja. Kelompok pelatihan pertama menunjukkan bagaimana masing-masing komponen bekerja secara individual. Antara dua eksperimen terpisah, kelompok pelatihan mengungguli kelompok non pelatihan pada tes transfer informasi. Secara keseluruhan, ada bukti awal untuk mendorong digunakannya prinsip pelatihan, tetapi penelitian tambahan diperlukan.

Komentar