Applying The Contiguity Principles Elearning / Prinsip Keterkaitan

Prinsip Keterkaitan 1

Menempatkan Tulisan Dekat dengan Grafis Berhubungan


Bagian pertama dalam keterkaitan prinsip yaitu perlunya untuk mengatur tulisan dan grafis. Pada bagian ini, kita fokus pada gagasan bahwa tulisan pada layar seharusnya ditempatkan dekat bagian grafis pada layar yang ditunjukkan. Kami merekomendasikan bahwa grafis dan tulisan ditempatkan dekat satu sama lainnya pada layar (jarak berdampingan).

Dalam mendesain atau memilih alat-alat pembelajaran e-learning, pertimbangkan bagaimana teks pada layar terintegrasi dengan grafis pada layar. Secara khusus, ketika tulisan berdekatan dengan bagian grafis pada layar, yakinkan tulisan ditempatkan berdampingan dengan bagian grafis yang kita tunjuk. Sebagai contoh, ketika grafis adalah diagram yang menunjukkan bagain-bagian dari objek, nama yang tercetak pada bagian-bagian tersebut seharusnya ditempatkan dekat dengan bagian diagram yang berhubungan, menggunakan garis penunjuk untuk menghubungkan nama bagian. Begitu pula ketika pembelajaran menampilkan tulisan yang menunjukkan langkah-langkah yang digambarkan dalam kerangka berkelanjutan, yakinkan bahwa teks menggambarkan sebuah langkah yang ditempatkan dekat dengan bagian grafis yang berhubungan, menggunakan sebuah garis penunjuk untuk menghubungkan teks dengan grafis.

Ketika ada terlalu banyak teks pada layar, teks menggambarkan tiap langkah dapat muncul sebagai pesan timbul kecil yang muncul ketika mouse diarahkan pada bagian grafis. Teknik ini disebut mouse over atau rollever. Ketika pebelajar menempatkan kursornya pada bagian-bagian yang berbeda di aplikasi layar, sebuah teks dibawahnya akan muncul untuk menggambarkan bagian itu. Teks tersebut akan muncul selama mouse ditempatkan pada bagian tersebut di layar. Rollover bersifat sementara. Kotak tulisan akan menghilang ketika kursor dipindahkan ke bagian yang berbeda pada layar.

Pelanggaran pada Prinsip Keterkatian 1

Pelanggaran-pelanggaran pada prinsip keterkaitan bersifat sangat umum. Daftar berikut ini adalah beberapa pelanggaran yang umum terjadi pada prinsip ini yang sering terlihat pada e-learning:

  1. Saat scrolling window, grafis dan tulisan yang berhubungan dipisah, satu sebelum yang lainnya, dan sebagaian mengaburkan karena scrolling screen.
  2. Feedback/jawaban muncul pada layar yang terpisah dari pertanyaan
  3. Terdapat link ke window lain yang mewakili informasi yang berhubungan di window tempat link berada (tulisan di satu window, dan grafis di window lainnya)
  4. Petunjuk untuk melengkapi latihan ditempatkan pada layar yang terpisah
  5. Semua teks ditempatkan dibawah layar yang menjauh dari grafis
  6. Elemen kunci pada grafis diberi nomor, dan tulisan di bawah layar menyertai nama dari tiap nomor elemen


a.      Pemisahan Teks dan Grafis pada Layar

Terkadang saat menelusuri layar yang didesain dengan buruk sehingga teks dimunculkan pertama dan tampilan ilustrasi muncul lebih lanjut dibawah layar. Sebagai pebelajar yang menelurusi untuk melihat grafis, teks tidak dapat dilihat lebih lama. Masalah ini kita lihat di banyak pembelajaran yang menggunakan penelusuran layar untuk menampilkan konten pembelajaran. Masalah ini dapat diperbaiki dengan mengintegrasikan teks dan tampilan visual pada penelusuran layar. Kemungkinan lain, memperbaiki tampilan layar seperti itu dapat digunakan ketika saat penting untuk melihat teks dan grafis bersamaan. Pada layar yang diperbaiki, grafis dapat memenuhi layar, dan kotak-kotak teks dapat ditempatkan diatas grafis dekat dengan elemen pada layar yang digambarkan. Kemungkinan lain dalam masalah penelusuran layar adalah menggunakan kotak-kotak teks yang muncul diatas grafis ketika grafis diarahkan dengan kursor.


b.      Pemisahan Feedback dari Pertanyaan atau Respon

Pelanggaran umum lain dari prinsip-prinsip keterkaitan adalah feeback ditempatkan pada layar yang terpisah dari pertanyaan atau jawaban pebelajar. Ini mengharuskan pebelajar untuk bolak-balik antara layar pertanyaan dan feedback, meningkatkan beban kognitif dalam belajar. Solusinya yaitu jawaban pebelajar ditampilkan di layar feedback. Jawaban pebelajar telah dibawa dari layar pertanyaan dan ditempatkan berdampingan dengan jawaban yang benar, perbandingan yang cepat dan mudah tanpa harus kembali ke layar lainnya.


c.       Membawa Layar Pembelajaran dengan Linked Windows

Menggunakan link untuk membawa informasi tambahan sudah umum dalam e-learning. Bagaimanapun, ketika link informasi mewakili informasi yang berhubungan pada layar utama, dapat menimbulkan masalah. Sebagai contoh sebuah layar aplikasi membawa window yang berisi bantuan pekerjaan. Mempunyai akses untuk materi referensi adalah gagasan yang baik untuk mendukung memori. Bagaimanapun, jika menghasilkan window yang membawa grafis contoh yang digambarkan, prinsip keterkaitan telah dilanggar. Solusi yang lebih baik adalah menghubungkan ke sebuah window yang kecil, yang dapat dipindahkan di sekitar layar utama, dan atau dapat dicetak.


d.      Menampilkan Petunjuk Latihan Dipisah dengan Latihan

Pelanggaran umum yang lain dari prinsip keterkaitan adalah menampilkan petunjuk latihan berbentuk teks yang terpisah dari layar dimana langkah pengerjaan diambil. Alternative yang lebih baik adalah menempatkan petunjuk langkah per langkah dalam sebuah kotak yang dapat diminimize di layar aplikasi.


e.      Menampilkan Tulisan di Bawah Layar

Untuk keterkaitan, banyak e-learning menempatkan semua teks di kotak bawah layar, seperti petunjuk bingkai. Masalah dengan layout ini adalah pebelajar butuh untuk bolak-balik antara tulisan di bawahlayar dan bagian grafis yang digambarkan. Pengaturan yang lebih baik adalah menempatkan kembali teks lebih dekat dengan tampilan sebaik menempatkan garis untuk menghubungkan teks dan tampilan visual.


f.        Menggunakan Tulisan untuk Menunjukkan Bagian Grafis

Kita menginginkan siswa belajar mengenai bagian-bagian peralatan. Kita dapat menunjukkan mereka sebuah ilustrasi dimana tiap bagian peralatan diberi nomor, dan tulisan berdampingan saat ilustrasi menggambarkan bagiannya. Masalah dengan layout ini adalah pebelajar harus menelusuri antara nomor dan tulisan dimana dibuat membebani proses kognitif. Sebuah desain yang lebih efisien seharusnya ditempatkan nama dan deskripsi bagian pada kotak berdekatan yang berbeda dan menghubungkan bagian pada tampilan visual. Teks seharusnya ditempatkan di rollover box atau tampilan layar yang telah diperbaiki.


Prinsip Keterkaitan 2


Narasi untuk Grafis yang Sesuai


Versi lain dari prinsip keterkaitan, berkaitan dengan kebutuhan untuk mengkoordinasikan kata-kata yang diucapkan dengan grafis. Pada bagian ini, kita fokus pada gagasan bahwa kata-kata yang diucapkan (narasi) yang mendeskripsikan suatu peristiwa harus dimainkan pada saat bersamaan dengan grafis (animasi atau video) adalah tergantung pada peristiwa apakah itu. Singkatnya, kami merekomendasi bahwa kata-kata – yang diucapkan – dan grafis yang sesuai disajikan secara bersamaan. (maksudnya, berkaitan – berdampingan – pada waktunya).

Saat e-learning courseware mengandung narasi dan grafis yang sesuai (animasi atau video), kita harus mempertimbangkan bagaimana kata-kata yang diucapkan terintegrasi dengan grafis yang sedang tampil dilayar. Khususnya saat kata-kata yang diucapkan mendeskripsikan tindakan yang digambarkan grafis dilayar, pastikan kata-kata yang diucapkan dengan grafis tersaji bersamaan. Contonhya, saat grafis berbentuk animasi sedang menunjukkan langkah-langkah dalam sebuah proses, narasi yang mendeskripsikan langkah tertentu disajikan pada waktu bersamaan dengan langkah yang sedang disajikan di layar. Saat grafis berbentuk video yang menunjukkan bagaimana melakukan suatu tugas, narasi yang mendeksripiskan tiap langkah harus disajikan bersamaan dengan tindakan yang diputar pada layar.


Pelanggaran pada Prinsip Keterkaitan 2

a.      link audio menggunakan sebuah ikon dan link video menggunakan ikon yang lain lagi

b.      segmen yang menampilkan narasi pengenalan diikuti oleh animasi atau video




a.      Pemisahan Antara Grafis dan Narasi Melalui Ikon

Saat meng-klik “bagaimana jantung bekerja” pada ensiklopedi online, dan dua tombol muncul – tombol ikon speaker, dimana kita bisa mendengarkan narasi singkat mengenai empat langkah aliran darah pada jantung – dan tombol ikon movie dimana kita bisa menyaksikan animasi pendek. Kita bisa meng-klik tombol speaker untuk mendengarkan deskripsi aliran darah pada jantung dan meng-klik tombol movie untuk menyaksikannya. Kelihatannya yang seperti itulah presentasi yang baik sebab kita dapat memilih presentasi seperti apa yang lebih disukai. Pertama kita bisa mendengarkan penjelasan kemudian menyaksikan klip, atau sebaliknya, yang demikian membuat kita dua cara saling melengkapi atas bahasan yang sama.

Kemudian apa yang salah? Masalahnya, saat pelajaran memisahkan kata-kata dan grafis yang sesuai, pebeajar mengalami beban yang lebih berat pada memori yang sedang bekerja – menyisakan kapasitas yang begitu sedikit untuk deep learning. Pertimbangkan proses kognitif pebelajar selama belajar saat narasi diikuti animasi. Setelah mendengarkan narasi, pebelajar butuh untuk menahan segala kata-kata yang relevan pada memori yang sedang bekerja dan mencocokkannya dengan bagian animasi yang sesuai. Bagaimanapun juga, menahan banyak informasi pada memori yang sedang bekerja seperti hendak meluap. Jadi pebelajar tidak dapat menggunakannya pada proses kognitif lain yang dibutuhkan untuk melakukan deep learning. Inilah apa yang disebut sebagai extraneous processingpada chapter 2. Extraneous processing mengacu pada beban mental yang tidak memberi kontribusi dalam  belajar. Oleh karena itu, direkomendasikan agar menghindari pelajaran e-learning yang menyajikan narasi dan grafis secara terpisah.


b.      Pemisahan Grafis dan Narasi pada Presentasi yang Berkelanjutan

Bahkan saat pelajaran menampilkan grafis dan narasi sebagai unit yang kesatuan, pelajaran dapat saja didisain agar pengenalan tersebut ditampilkan sebagai ikhtisar yang diikuti dengan grafis seperti animasi, video atau berberapa gambar diam yang menggambarkan bahan yang sama. Contoh, presentasi multimedia “bagaimana kerja jantung” tadi, yang dimulai dengan narasi yang mendeskripsikan empat langkah aliran darah jantung, diikuti empat gambar diam menggambarkan aliran darah jantung.

Kesan pertama mungkin terlihat baik sebab kita mendapati orientasi umum melalui kata-kata sebelum kita meneliti grafis. Namun, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, situasi seperti itu dapat menambah berat beban kogniti pebelajar sebab mereka harus menahan kata-kata tersebut pada memori yang sedang bekerja hingga grafis muncul – yang kemudian membentuk proses kognitif extraneous. Untuk menghadapi masalah ini, direkomendasikan agar menampilkan narasi bersamaan dengan penyajian sebuah gambar diam. Sehingga pebelajar dapat lebih mudah menghubungkan antara kata-kata dan grafis yang sesuai.


Alasan Psikologis Prinsip Keterkaitan

Tidak heran lagi rasanya bila melihat (a) teks cetak dan grafis yang sesuai, yang secara fisik terpisah dalam e-lesson, (b) narasi dan grafis yang sesuai, yang disajikan pada waktu yang berbeda. Letak fisik yang terpisah dapat terjadi karena penempatan vertikal dari teks cetak dan grafis, yang membuat keduanya terpisah saat layar digeser, atau dengan menempatkan informasi terkait pada tampilan layar yang terpisah. Keterpisahan yang sementara tersebut dapat terjadi karena narasi yang ditujukan untuk memperkenalkan telah mendahului grafisnya, dapat pula karena grafis dan narasi yang  baru dapat diakses dengan meng-klik ikon yang berbeda.

 Beberapa disainer yang memisahkan kata-kata dan gambar, belum sampai pada pertimbangan apakah hal tersebut merupakan cara yang efektif untuk menampilkan informasi. Adapun yang menampilkan materi yang sama pada dua tempat berbeda dalam sebuah halaman atau pada dua waktu yang berbeda, mempersilahkan pebelajar untuk memilih dua format benar-benar sesuai dengan kebutuhan mereka atau, untuk sekedar merasakan informasi yang sama dalam dua cara yang berbeda. Penulis tidak menyarankan dilakukannya pemisahan kata-kata dan gambar-gambar, bahkan saat keadaan jaringan padat dan berkapasitas rendah, sebab pemisahan tersebut tidak berdasar atas pemahaman akurat bagaimana manusia belajar. Dibandingkan dengan mesin fotokopi yang merekam informasi yang datang, manusia berusaha memahami dengan cara mencoba melihat arti dari hubungan antara kata-kata dan gambar-gambar tersebut. Saat kata-kata dan gambar-gambar dipisah dari satu sama lain pada layar ataupun dipisah oleh jeda waktu, mereka harus menggunakan scarce cognitive untuk dapat memasangkan keduanya. Kemudian yang terjadi adalah apa yang disebut extraneous processing – proses kognitif yang tidak memiliki hubungan dengan tujuan pembelajaran. Saat pebelajar menggunakan kognitif mereka yang terbatas untuk extraneous processing, mereka hanya punya sedikit kapasitas berpikir saat mengelola dan memadukan materi.

Sebaliknya, bila kata-kata dan gambar-gambar tergabung, mereka akan dapat memaknai dan memahami hubungan antara keduanya. Dapat mengerti teks-teks dan gambar-gambar yang sesuai, menjadi hal penting dalam proses memahami yang mengarah pada pembelajaran yang bermakna. Memori yang sedang bekerja menyimpan informasi terkait yang datang diorganisir dan diintegrasi dengan pengetahuan yang sudah dulu ada di dalam memori jangka panjang. Saat pebelajar punya tugas tambahan untuk mengkoordinasikan komponen teks-teks dan grafis yang sesuai, yang terpisah pada layar atau oleh jeda waktu, kapasitas memori yang bekerja jadi terbebani. Ayres dan Chandler (2005) beralasan bahwa meletakkan teks-teks dan grafis yang sesuai, berjauhan dari satu sama lain (atau menyajikannya pada waktu yang berbeda) membuat apa yang mereka sebut split attention, perhatian yang terbagi, yang memaksa pebelajar menggunakan kapasitas terbatas memori yang bekerja mengkoordinasi beragam sumber informasi. Hendaknya jauhi disain pembelajaran yang dapat menyebabkan split attention sebab hal tersebut memaksa pebelajar membuang waktu proses berpikir kognitif mereka untuk mengkoordinasi dua sumber informasi yang berlainan.


Bukti Penyajian Kata-Kata Tercetak dengan Grafis yang Sesuai

Rekomendasi pertama – menyajikan teks cetak dan grafis yang sesuai, dekat satu sama lain pada layar – tidak hanya berdasarkan teori kognitif, tetapi juga berdasarkan beberapa penelitian terkait (Mayer, 1999a). Pada lima tes yang berbeda melibatkan pelajaran rangkaian listrik dan bagaimana sistem kerja rem mobil, pebelajar menerima teks cetak dan ilustrasi mengandung beberapa frame (atau yang tampil pada layar yakni teks dengan animasi). Untuk grup pebelajar pertama (grup yang terintegrasi), teks diletakkan dekat ilustrasi yang di deskripsikan. Untuk grup satunya lagi (grup yang terpisah), teks yang sama diletakkan di bawah ilustrasi. Pada lima studi, grup integrasi menampilkan pemecahan masalah yang lebih baik dibanding grup terpisah. Secara keseluruhan, grup integrasi memproduksi antara 43 dan 89 persen solusi dibanding grup terpisah. Dari rerata 1.12 menunjukkan bukti sebagai efek yang besar.

Hasil yang serupa ditemukan melalui program pelatihan untuk kerja teknis (Chandler & Sweller, 1991); Paas & Van Merrienboer, 1994; Sweller &Chandler, 1994; Sweller, Chandler, Tierney & Cooper, 1990). Bukti tambahan datang dari stude gerak mata melibatkan teks dan diagram yang sesuai. Pebelajar yang sukses cenderung membaca porsi teks, lalu mencari diagram dari objek yang sedang dideskripsikan dalam teks, lalu membaca porsi berikutnya dari teks dan mencari diagram untuk objek yang dideskripsikan, terus seperti itu (Hegarty, Carpenter, &Just, 1996). Rasanya cukup beralasan bila kita dapat menyederhanakan proses ini untuk seluruh pebelajar dengan memecah teks menjadi kepingan (chunk) dan menempatkan teks chunks tersebut dekat denan bagian grafis yang dideskripsikan. Secara keseluruhan, ada beberapa studi yang mendukung rekomendasi ini.


Bukti untuk Penyajian Narasi dengan Grafis yang Sesuai

Rekomendasi kedua – menyajikan penjelasan dan grafis yang sesuai pada satu waktu – juga berdasarkan bukti penelitian (Mayer & Anderson, 1991, 1992’ Mayer & Sims, 1994; Mayer, Moreno, Boire & Vagge, 1999). Pada suatu eksperimen beberapa siswa (grup integrasi) menyaksikan 30 detik narasi animasi yang menjelaskan bagaimana pompa ban sepeda bekerja, kalimat yang diucapkan mendeskripsikan apa yang diampilkan di layar. Contohnya, saat suara narator berkata, “…katup inlet dibuka..,” animasi di layar menampilkan katup inlet bergerak dari posisi tertutup menjadi terbuka. Siswa lian (grup terpisah) mendengakan seluruh narasi dan kemudian menyaksikan seluruh animasi (atau sebaliknya). Pada tes, grup integrasi secara umum 50 persen lebih punya solusi daripada grup terpisah, menghasilkan efek lebih besar daripada 1, yang mana dianggap besar. Secara keseluruhan, dari delapan eksperimen, siswa yang menerima presentasi integrasi secara umum 60 persen lebih punya solusi dalam tes dibanding siswa yang menerima presentasi terpisah. Rerata yang muncul 1.30 dianggap punya efek besar. Diteliti oleh Baggett (1984) dan Baggett & Ahrenfeucht (1983) menunjukkan pengalaman pebelajar yang sulit dalam video narasi, bahkan saat kata-kata dan grafis yang sesuai, terpisah hanya beberapa detik. Saat terdapat animasi narasi, video narasi atau bahkan seri narasi gambar diam, ada bukti konsisten yang membuat orang belajar dengan baik saat kata-kata mendeskripsikan elemen atau peristiwa yang dibicarakan pada waktu bersamaan dengan animasi (atau video atau ilustrasi) menggambarkakn elemen atau peristiwa pada layar.

Komentar