Dalam memelihara burung, kita pasti punya harapan bahkan mimpi2. Hal pertama yang banyak kita impikan adalah burung kita bisa gacor dan bersuara kualitas lomba. Itu semua bisa menjadi kebanggaan dan suatu hari nanti harga transfernya bisa gila2an, sampai puluhan bahkan ratusan juta rupiah.
Namun kali ini saya mencoba mengajak kawan2 untuk merenungi hal itu, agar kita yang punya mimpi2 ini tidak menjadi kecewa atau bahkan putus asa di kemudian hari.
Cerita sukses tentang burung kicauan (saya membatasi diri pada burung kicauan; karena untuk kutut misalnya, itu ada cerita tersendiri pastinya) adalah cerita panjang.
Kicauan yang mempunyai segudang prestasi, tidak jadi hanya dalam sehari. Dia memulai harinya dengan ditangkap manusia dari hutan (untuk bakalan hutan); atau dipelihara sejak kecil (untuk hasil tangkaran).
Dari tangan pertama, dia dipelihara sampai bisa jinak dan mau bunyi di hadapan banyak manusia (biasanya juga sudah berganti pemilik sampai dua-tiga kali). Kemudian dia masuk ke sejumlah arena latber dan/atau lomba.
Pada kali pertama lomba, sebagus apapun dia bunyi, biasanya tidak juga dilirik dengan antusias oleh juri atau penghobi lain. Dalam kondisi ini, maka nilai transfer burung ybs tidaklah bisa langsung melejit sampai sekian juta apalagi puluhan juta rp. Sebab, burung yang berkualitas, memerlukan sekian kali terjun ke arena lomba sebagai ujian apakah burung itu benar-benar stabil dan bukan karbitan (doping dll). Untuk lomba pun, sehingga nilai transfernya tinggi, tidak hanya di satu kota/blok. Dia harus melanglang buana ke berbagai kota sebagai batu ujian. Jika dalam berbagai event tersebut dia bisa tampil minimal selalu masuk 10 besar, barulah namanya mulai dikenal luas di kalangan penghobi. Dalam kondisi inilah nilai transfer burung bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta rp.
Oleh karena itu kawan2, janganlah kita silau dengan harga burung2 kelas lomba karena burung2 itu telah benar2 teruji dan karenanya kita harus memakluminya. Atau sebaliknya, kita jangan minder kalau burung kita kok sekadar seharga puluhan atau ratusan ribu. Belum tentu burung kita jelek/tidak berkualitas. Hanya saja, untuk membuktikannya kita perlu terjuan dalam sejumlah arena lomba sebagai ajang pembuktian.
Masalahnya, untuk melakukan hal itu, kita memerlukan tenaga dan dana yang sungguh tidak kecil. Untuk menerjunkan burung pada 10 kali lomba di kota berlainan saja misalnya, dana yang terkuras bisa mencapai puluhan juta.
Singkat cerita, burung yang berprestasi bagus biasanya bukanlah burung yang masih dimiliki tangan pertama. Dia biasanya sudah berganti pemilik bahkan mungkin sampai 5 atau 10 kali pemilik dan sudah melalui 4-5 kali masa mabung dengan pola master yang berbeda-beda dan ….. nilai transfernya pun meningkat secara perlahan, dimulai ratusan ribu, 1-2 jutaan, puluhan juta, barulah ratusan juta.
Dengan demikian, seandainya kita beli burung bakalan dan mendapatkan burung yang berbakat bagus misalnya, maka janganlah kita terlalu berharap suatu saat nanti burung kita bisa menjadi burung berkualitas dengan harga transfer sampi puluhan juta, kecuali kita memang sudah memeliharanya dengan pola master yang betul, sampai 2-3 tahun (melalui 4-5 kali masa mabung), sehingga burung benar2 stabil, dan otomatis juga mengeluarkan dana sampai jutaan rp untuk menguji keandalan dan kecanggihan momongan kita itu di berbagai arena lomba.
Maka, cukuplah kita berbahagia kalau telah memelihara/memiliki burung yang menurut kita memang bagus, tidak peduli bagaimana kata juri atau berapa harga yang pantas untuk burung kita.
Kalaupun kita punya harapan dan mimpi2, maka semuanya harus diraih dengan perjuangan dan bahkan dana yang tidak sedikit. Dunia perburungan sama dengan dunia nyata pada umumnya, memerlukan proses dan pentahapan. Kita tidak bisa menggantungkan pada keberuntungan.
Keberuntungan pada dunia perburungan biasanya hinggap pada orang2 tertentu yang memiliki kejelian, insting tajam, dan mampu “membau” apakah burung tertentu memiliki keistimewaan atau bakat istimewa tertentu, sehingga dia bisa bilang, “Burung ini bagus”, atau, “Burung ini jelek”, hanya dengan melihat bodinya atau sekadar suara bukaannya.
Namun perlu diingat pula, bahwa kejelian, insting dan kemampuan “membau” pun tidak bisa dimiliki secara serta merta atau otomatis. Itu hanya dimiliki orang2 yang mau dan sempat belajar secara serius dan intens soal perburungan.
Demikianlah kawan2. Jangan kecil hati kalau kita mempunyai burung ini-itu dan ternyata “hanya biasa2 saja” meski kita sudah berusaha semaksimal mungkin untuk merawatnya.
Kalau Anda pengin punya burung yang benar2 bagus, tentunya hanya jalan pintas yang perlu Anda ambil, yakni mendatangi lomba dan membeli burung2 juara seberapun pun nilai transfernya. Tetapi bukan hanya itu kan jalan menuju Roma?
http://omkicau.com
Komentar
Posting Komentar